SBNpro – Siantar
Petaka yang menimpa 32 warga Dusun III Kandang Lombu, Tiga Balata, Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun, Sumut, disebut bersumber dari bakteri yang terkandung di dalam daging anjing.
Dimana sebelumnya, Rabu (19/02/2020), 32 warga Dusun III Kandang Lombu itu menyantap daging anjing, melalui acara “bindah” (makan bersama dengan biaya patungan).
Informasi 32 warga itu dipastikan keracunan karena bakteri yang ada dalam kandungan daging anjing, disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Simalungun, dr Lidia Saragih, Jumat (21/02/2020).
Lidia menyebut, masyarakat terserang bakteri yang terkandung di dalam daging itu, sebab daging yang dikonsumsi tidak higenis dan kurang matang. Juga darah sebagai bahan masakan daging anjing tersebut.
“Sebenarnya dari pemasakannya ya. Di lambung masing-masing pasien bisa gak tahan. Menurut laporan, mereka yang sup gak ada masalah. Yang dipanggang campur darah itu yang mengalami keracunan,” ujarnya.
Untuk itu, Kadis Kesehatan Simalungun ini mengingatkan warga, agar sebelum memasak, terlebih dahulu dagingnya dipastikan sudah bersih. Begitu juga saat mengolah (memasak) daging dan saat menyajikannya.
Menurut Lidia, pasien yang keracunan, tubuhnya kekurangan cairan. Dan muntah-muntah. Sehingga membuat tubuh menjadi lemas. Untuk mengatasi itu, petugas medis telah memberikan cairan ketubuh pasien melalui infus, dan memberikan obat.
“Kondisi (pasien saat ini) sudah mengarah ke perbaikan. Masih bisa kita tangani. Penanganan mual muntah, jangan sampai kehilangan cairan banyak,” ucapnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ada 32 warga Dusun III Landanh Lombu yang alami keracunan. Para warga merasa mual dan perut sakit. Keracunan itu, dampak dari daging anjing yang disantap mereka sebelumnya.
Akibat dari peristiwa itu, sebagian besar warga dirawat di Puskesmas Tiga Balata. Salah satunya, Romiyanti boru Gultom.
Ditemui wartawan di Puskesmas, Jumat (21/02/2020), Romiyanti mengatakan, Rabu (19/02/2020), di Dusun III Kandang Lombu sedang digelar acara makan bersama (bindah), dengan menu utama daging anjing. Saat itu ia bersama suaminya, Ulin Sinaga ada diacara “bindah” tersebut.
“Daging marbinda (makan bersama) dengan keluarga lainnnya. Ada sekitar 10 kepala keluarga, kami bagi daging menjadi 10 bagian. Kami patungan Rp 40 ribu per KK,” ujar Romiyanti.
Hanya saja, lanjut Romiyanti, sehari setelah menyantap daging anjing, atau Kamis (20/02/2020), ia merasa mual dan perut terasa sakit. Hal yang sama juga dialami oleh suaminya. “Saya dan suami saya kena juga. Kami makan dagingnya. Tetangga kami yang makan sup dan daging yang dipanggang tidak kena,” ucapnya.
Hal yang sama juga dialami Trisban Sidabutar, pasca menyantap daging anjing diacara “bindah”. Trisban menuturkan, ia dan istrinya, Duma boru Sinaga, serta ketiga anaknya, juga mengalami keracunan makanan. “Kami sekeluarga kena malamnya. Mual-mual, muntah, kepala pusing,” katanya.
Editor: Purba
Discussion about this post