Oleh Asmesar Rajagukguk
Hari Kesehatan Mental Dunia (World Mental Health Day) ditetapkan dan diperingati setiap 10 Oktober. Hal itu pun menjadi gambaran, bahwa banyak orang semakin peduli terhadap kesehatan mental.
Dan itu dapat dilihat, seiring dengan bertambah maraknya media sosial, media cetak dan media elektronik mengupas maupun menyajikan topik kesehatan mental.
Selain itu, juga dipicu bertambahnya masalah kesehatan mental. Apalagi problem kesehatan mental tidak hanya dialami orang dewasa. Melainkan, anak-anak juga dapat mengalaminya.
Hasil survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menunjukkan, masalah psikologis pada anak-anak dan remaja berada pada urutan kedua dari seluruh kelompok usia yang disurvei.
Lantas, untuk mempermudah mengetahui anak mengalami depresi, orang tua dapat membuka situs jw.org. Lalu klik artikel berjudul Penyebab secara Kejiwaan. Artikel itu mengutip wawancara dengan Dr Donald McKnew dari Institut Nasional untuk kesehatan mental.
Pada artikel, gejala utama depresi pada anak tersaji dengan jelas. Adapun gejala utama depresi pada anak, diantaranya, anak tidak merasa senang dengan apa pun juga. Tidak ingin keluar dan bermain atau bergaul dengan teman-temannya. Mereka tidak berminat kepada keluarga mereka. Kehilangan konsentrasi atau selera makan, merasa diri tidak berharga, atau merasa bersalah.
Jika orang tua melihat semua gejala tersebut pada anak, dan berlangsung satu atau dua minggu, bisa dikatakan
anak itu mengalami depresi yang serius.
Kemudian, apa penyebab depresi pada anak? WHO menyatakan, depresi terjadi karena berbagai faktor. Seperti perceraian atau perpisahan orang tua. Kematian orang tercinta. Pelecehan fisik atau seksual. Kecelakaan yang parah. Penyakit. Serta bisa juga karena tuntutan orang tua yang terlalu tinggi (misal, tuntutan dalam hal akademis).
Banyak ahli kesehatan mental meyakini, ketidakseimbangan biokimia dalam otak, turut menyebabkan depresi. Ahli juga mendapati, bahwa anak yang depresi biasanya mempunyai setidaknya satu orang tua yang juga mengalami depresi.
Depresi pada anak bisa berbahaya jika tidak segera ditangani. Bahkan depresi yang tadinya ringan bisa menjadi depresi berat dan hal itu bisa menyebabkan seorang anak melakukan tindakan bunuh diri.
Dengan demikian, orang tua perlu memiliki pemahaman tentang depresi (kesehatan mental). Agar tahu langkah yang harus dilakukan. Untuk mendapatkan pemahaman dan langkah yang harus dilakukan, orang dapat membuka situs jw.org, dengan membaca artikel berjudul Depresi Remaja – Penyebab dan Solusinya (jw.org).
Pada artikel itu dipaparkan langkah praktis bagi orang tua untuk membantu anak yang mengalami depresi. Beberapa langkah itu diantaranya:
1. Jika orang tua melihat gejala depresi (bukan sekadar murung), pertimbangkan untuk meminta bantuan ahli kesehatan mental.
2. Orang tua dapat membantu anak untuk mengikuti petunjuk dokter, dan meminta saran dokter jika tidak ada kemajuan atau terjadi efek samping yang kurang baik.
3. enting bagi orang tua dan anak untuk memiliki kebiasaan keluarga yang baik dalam jadwal makan, olahraga, dan jam tidur.
4. Orang tua bisa sering mengobrol dengan anak dan membantu dia mengatasi hal-hal buruk yang berkaitan dengan depresinya. Selain itu, situs jw.org juga menerbitkan sejumlah artikel yang berhubungan dengan kesehatan mental.
Berikut sejumlah artikel terkait yang bisa didownload secara gratis di jw.org, seperti:
• Depresi – Cara Mengobatinya.
• Bila Seseorang yang Anda Sayangi Mengidap Kelainan Mental.
• Cara Membantu Orang yang Mengalami Gangguan Kecemasan.
• Bagaimana Kalau Aku Mau Bunuh Diri? | Pertanyaan Anak Muda.
• Gimana Supaya Aku Enggak Sedih Terus? | Pertanyaan Anak Muda.
Artikel-artikel itu dapat digunakan orang tua untuk membantu anak yang depresi. Depresi pada anak dapat menjadi pengalaman yang pahit. Baik bagi yang mengalaminya, maupun bagi anggota keluarga. Hanya saja, kesabaran, ketabahan, dan kasih sayang dapat membantu anak mengurangi dan mengatasi depresi. (*)
Discussion about this post