SBNpro.com
Selasa, Oktober 14, 2025
  • SIANTAR
  • SIMALUNGUN
  • SUMUT
  • NASIONAL
  • KOLOM
  • KESEHATAN
  • KOMUNITAS
  • TEKNOLOGI
  • VIDEO
No Result
View All Result
SBNpro.com
No Result
View All Result
SBNpro.com
  • SIANTAR
  • SIMALUNGUN
  • SUMUT
  • NASIONAL
  • KOLOM
  • KESEHATAN
  • KOMUNITAS
  • TEKNOLOGI
  • VIDEO
Home Kolom

Manajemen Cetana dan Jebakan Karma

Oleh Rudi Wu SPd, SH, SAg, MH

SBNPro.com by SBNPro.com
05/10/2025
A A

Rudi Wu

46
SHARES
99
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp
ADVERTISEMENT

Namo Buddhaya, Sukhi Hontu dan Salam Bahagia

Manajemen bukan hanya seni mengatur dunia luar, tetapi juga batin. Dalam Buddhisme, ini tampak pada pengelolaan cetanā, niat yang menuntun pikiran dan perbuatan. Dengan menyadari serta mengarahkannya, kita sesungguhnya sedang menata karma dan menyiapkan jalan menuju kedamaian.

Dalam tradisi Buddhisme, pembahasan tentang karma tidak dapat dilepaskan dari konsep cetanā, yakni niat atau dorongan batin yang mendasari setiap tindakan. Buddha menegaskan dalam Anguttara Nikāya 6.63: “Cetanāhaṃ bhikkhave kammaṃ vadāmi. Cetayitvā kammaṃ karoti kāyena vācāya manasā.” — “Wahai para bhikkhu, Aku menyebut niat sebagai karma. Setelah berniat, seseorang bertindak melalui tubuh, ucapan, dan pikiran.” Kutipan ini menegaskan bahwa hakikat karma bukanlah sekadar gerakan jasmani atau ucapan yang terdengar, melainkan arah batin yang mendorongnya.

Dalam Abhidhamma Piṭaka, cetanā dijelaskan sebagai salah satu cetasika atau faktor mental yang selalu hadir dalam setiap momen kesadaran. Namun tidak semua niat berbuah sama. Cetanā yang dilandasi keserakahan, kebencian, dan kebodohan menciptakan ikatan karmis yang membawa penderitaan. Sebaliknya, cetanā yang bersih dari motif merugikan, dan disertai kebijaksanaan, melahirkan karma yang membebaskan. Dengan demikian, cetanā dapat dipandang sebagai kemudi yang menentukan arah perjalanan batin seseorang.

Bagi umat Buddhis, persoalan bukanlah meniadakan niat, melainkan bagaimana mengelola dan memurnikannya. Hidup tanpa niat berarti hidup tanpa kesadaran, sedangkan hidup dengan niat yang terarah memungkinkan seseorang berjalan di jalur kebajikan. Kesadaran penuh (sati) menjadi alat penting untuk menimbang niat yang muncul, menyaring dorongan yang merugikan, dan menumbuhkan niat yang sejalan dengan welas asih, kebijaksanaan, serta kebajikan.

Dalam kehidupan sehari-hari, cetanā hadir dalam setiap gerak sederhana. Niat untuk berbicara dengan lembut dapat mencegah pertengkaran dalam keluarga. Niat untuk bekerja dengan jujur menciptakan hubungan yang sehat di lingkungan sosial.

Bahkan dalam hal kecil, seperti memberi tanpa pamrih, niat itu menanamkan kebiasaan batin yang mengikis keserakahan. Melalui latihan meditasi, seseorang juga belajar menatap niat yang muncul dan lenyap, sehingga perlahan terbebas dari cengkeraman “aku” dan “milikku”.

Dengan demikian, manajemen bijak terhadap cetanā merupakan inti dari kehidupan Buddhis. Setiap niat adalah benih, dan setiap benih pasti berbuah. Bila kita menanam niat dengan penuh kebencian, buah penderitaan tak terelakkan.

Namun bila kita menanam niat dengan welas asih dan kebijaksanaan, kehidupan akan dipenuhi kedamaian. Karena itu, setiap momen adalah kesempatan untuk menata arah batin: apakah kita akan menambah rantai samsara, ataukah perlahan membebaskannya.

Buddhisme mengajarkan bahwa kita tidak dapat menghindar dari hukum karma, tetapi kita dapat belajar mengelola cetanā dengan bijaksana. Dari kesadaran itulah lahir kebebasan sejati, bukan sekadar terbebas dari perbuatan salah, melainkan terbebas dari akar penderitaan yang bersumber pada batin itu sendiri. (*)

 

Penulis adalah Ketua DPD Rohaniawan Dharma Duta Indonesia (RDDI) Sumatera Utara

Share18Tweet12Send

Related Posts

Enak Zaman Gue To? Ilusi Kemakmuran dan Luka yang Terlupakan

Enak Zaman Gue To? Ilusi Kemakmuran dan Luka yang Terlupakan

27/03/2025

Oleh Dhev Fretes Bakkara (Fotografer/Jurnalis) Di tengah kekecewaan terhadap kondisi bangsa saat ini, sering kali kita mendengar ungkapan "Enak zaman...

Memperluas Skala Penguatan Peran DPD RI

Memperluas Skala Penguatan Peran DPD RI

24/09/2024

Oleh: Pdt Penrad Siagian Anggota Terpilih DPD RI 2024-2029 Keagensian Luas, Kelembagaan Terbatas Pemilu 2004 merupakan kelahiran DPD RI sebagai...

Rakesh, Simbol Perlawanan Pedagang K-5

Rakesh, Simbol Perlawanan Pedagang K-5

06/05/2024

Oleh: Choking Susilo Sakeh PEKAN lalu, viral aksi seorang lelaki bertelanjang dada mengadang mobil patroli Satpol PP Pemko Medan yang...

Daya Sengat Falsafah Simalungun

Daya Sengat Falsafah Simalungun

22/06/2023

"Memahami filosofi "Habonaron Do Bona" ternyata telah membawa peradaban orang Simalungun jauh lebih maju dan mampu bertahan dari berbagai tantangan...

Situs jw.org Bantu Orang Tua Tangani Depresi

Situs jw.org Bantu Orang Tua Tangani Depresi

13/10/2022

Oleh Asmesar Rajagukguk Hari Kesehatan Mental Dunia (World Mental Health Day) ditetapkan dan diperingati setiap 10 Oktober. Hal itu pun...

Serapan Rendah, Bu Wali, Pejabat Ibu Gagal

Serapan Rendah, Bu Wali, Pejabat Ibu Gagal

05/08/2022

Oleh M Gunawan Purba Bu Wali, ibu masih ingatkan dengan harapan ibu akan percepatan pembangunan Kota Siantar? Harapan itu menjadi...

Discussion about this post

TRENDING MINGGU INI

    SBNpro.com

    © 2017-2024 SBN Pro

    rotasi barak berita hari ini danau toba

    Navigate Site

    • Redaksi
    • Privacy
    • Pedoman

    Follow Us

    No Result
    View All Result
    • SIANTAR
    • SIMALUNGUN
    • SUMUT
    • NASIONAL
    • KOLOM
    • KESEHATAN
    • KOMUNITAS
    • TEKNOLOGI
    • VIDEO

    © 2017-2024 SBN Pro

    rotasi barak berita hari ini danau toba