SBNpro – Siantar
Dikabarkan, Sabtu (06/06/2020), dua warga negara Indonesia (WNI) nekat melompat ke laut, karena tidak tahan menghadapi siksaan di kapal berbendera Cina, Lu Qing Yuan Yu 213. Satu dari WNI yang nekat itu adalah Reynalfi, warga Kota Siantar, Sumatera Utara (Sumut). Ia melompat bersama temannya, Juniansyah, warga Utan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Beranjak dari peristiwa naas tersebut, sejumlah jurnalis di Kota Siantar, Minggu (07/06/2020), mengunjungi rumah orang tua dari Reynaldi di Jalan Sumber Jaya I, RT 003, RW 002 LK II Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Siantar, Sumut.
Para awak mediapun bertemu dengan ayah Reynalfi, seorang pria berusia 50 tahun, bernama Heriyanto. Dengan ramah, Heriyanto menyambut kehadiran sejumlah jurnalis (wartawan). Orang tua kandung Reynalfi inipun bercerita perjalanan anaknya, hingga kemudian menerima kabar, kalau anaknya itu nekat melompat ke laut.
Dikatakan Heriyanto, anaknya memiliki administrasi lengkap untuk bekerja di luar negeri. Karena Reynalfi yang saat ini berusia 22 tahun, ia sebut memiliki paspor, SKCK dan dilengkapi dengan sejumlah dokumen lainnya.
Dikisahkan Heriyanto, Reynalfi berangkat dari rumah, karena ingin bekerja dikapal. Untuk mewujudkannya, bulan September 2019 yang lalu, anak kedua dari 4 bersaudara itu berangkat ke Jakarta. Selama di Jakarta, Reynalfi sempat menjalani pelatihan sebagai anak buah kapal (ABK) selama dua pekan.
Selanjutnya, pada bulan Nopember 2019, Reynalfi mengabarkan kepada mereka, kalau ia telah bekerja di kapal. Hanya saja ketika itu, Reynalfi menyebut, akan bekerja di kapal Thailand.
Nopember 2019 yang lalu, merupakan terakhir kalinya Reynalfi memberikan kabar kepada keluarganya, sebelum ditemukan nelayan terombang-ambing di laut Line STS Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Itu terjadi, diduga karena Reynalfi tidak diperbolehkan menggunakan handphone (HP) untuk menghubungi keluarganya.
Menurut Heriyanto, ia bersama istri dan anaknya mengetahui kabar Reynalfi, pasca aparat kepolisian dari Polres Karimun, Sabtu (06/06/2020), sekira jam 22.30 WIB, menghubungi dirinya melalui handphone.
Pihak Polres Karimun mengabarkan, kalau anaknya, Reynalfi melompat ke laut di perairan Karimun, bersama seorang temannya. Hanya saja dilanjutkan pihak kepolisian tersebut, kalau Reynalfi selamat dan dalam kondisi sehat.
Tak lama kemudian, malam itu Reynalfi turut berbicara, juga melalui sambungan telepon dari pihak Polres Karimun. Dikatakan Heriyanto, pasca lompat dari kapal, Reynalfi dan temannya sempat terombang-ambing dilautan sekira 7 jam lamanya. Hingga kemudian diselamatkan nelayan Karimun.
Dikisahkan Reynalfi kepada ayahnya, saat berada di kapal Cina, Lu Qing Yuan Yu 213, sebut Heriyanto, Reynalfi dan ABK lainnya, diberi makan dua hari sekali. Itupun hanya nasi putih tanpa lauk-pauk. “Dua hari sekali baru dikasih makan,” sebut Heriyanto.
Ditambahkan Heriyanto, anaknya sering mendapatkan siksaan di kapal berbendera Cina tersebut. Dimana, bila lambat disaat bekerja, langsung dipukul. Pun demikian, Heriyanto masih bersyukur, karena kondisi anaknya saat ini dalam keadaan sehat.
Disinggung tentang kapan Reynalfi kembali ke Kota Siantar, Heriyanto belum mengetahuinya. Karena pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan. Namun ia berharap, agar Reynalfi pulang ke Siantar, sebelum ingin berangkat ke NTB, pasca peristiwa ini. “Kami harap, dia (Reynalfi) pulang dulu (ke Siantar). Setelah itu baru pergi, kalau mau ke NTB,” pinta Heriyanto.
Lebih lanjut Heriyanto menegaskan, agar pihak perusahaan kapal Cina, Lu Qing Yuan Yu 213, segera membayarkan seluruh gaji anaknya. Karena itu merupakan hak anaknya dan hasil kerja keras Reynalfi selama berbulan-bulan. “Agar dibayarkan gaji gajinya. Itukan keringatnya dan kerja keras dia,” tandas Heriyanto.
Editor: Purba
Discussion about this post