SBNpro – Simalungun
Tahun 2023 yang lalu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Simalungun membangun sentra (gedung dan sarana) pengolahan jagung di Nagori (Desa) Tanjung Pasir, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Sentra pengolahan jagung berbentuk industri kecil dan menengah (IKM) tersebut, dibangun dengan menggunakan (menghabiskan) Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2023 sebesar Rp 3,5 miliar.
Namun saat ini, persisnya menjelang 2 tahun beroperasi, dari 4 fungsi pengolahan jagung yang ada di gedung tersebut, hanya satu yang berfungsi. Tiga jenis mesin lainnya tidak berfungsi. Sehingga, Sentra IKM Pengolahan Jagung tersebut cenderung gagal.
Saat ini, di Sentra IKM Pengolahan Jagung Disperindag Simalungun tersebut, hanya mesin pemifil (mesin untuk memisahkan biji dari tongkol jagung) yang difungsikan.
Sedangkan mimpi Disperindag Simalungun untuk memproduksi tepung jagung, sama sekali tidak pernah dilakukan di Sentra IKM Pengolahan Jagung milik Disperindag tersebut.
Begitu pula dengan produksi bihun, juga tidak pernah ada di Sentra IKM Pengolahan Jagung tersebut.
“Yang difungsikan hanya mesin pemifilan. Mesin lainnya belum digunakan,” sebut seorang pegawai honor yang mengaku sebagai operator dan tekhnisi mesin di Sentra IKM Pengolahan Jagung, Rabu 2 Juli 2025, didampingi seorang wanita yang bertugas di bidang administrasi.
Dijelaskan pegawai honor ini, mesin pembuatan bihun tidak pernah digunakan, karena berbeda ilmu yang ia dapat saat pelatihan di pabrik mie di Kota Pematangsiantar dengan yang ada di Sentra IKM Pengolahan Jagung.
Sehingga ia kurang mengerti mengoperasikan mesin yang ada di Sentra IKM Pengolahan Jagung. “Kalau di pabrik yang di Siantar, mesinnya besar. Ini kecil. Jadi berbeda,” ujarnya.
Sedangkan hal lainnya, hingga saat ini masyarakat belum ada yang menaruh rasa percaya ke Sentra IKM Pengolahan Jagung untuk mengolah jagung menjadi tepung dan bihun, katanya.
Sementara, Sanggam Manik, pihak ke tiga yang sering memanfaatkan jasa pemifilan jagung di Sentra IKM Pengolahan Jagung mengatakan, diawal beroperasi, mesin pengering jagung sempat difungsikan.
Namun, setelah jagung dikeringkan di mesin yang ada di Sentra IKM Pengolahan Jagung, tingkat penyusutannya terlalu tinggi, yakni, hingga 28 persen dari total yang akan dikeringkan.
“Pernah awal-awal buka, mesin pengeringan dioperasikan. Tapi penyusutannya sampai 28 persen. Jadi gak ada yang mau. Sejak saat itu, (mesinnya) tidak pernah lagi difungsikan,” ucap Sanggam Manik.
Lebih lanjut Sanggam Manik mengatakan, sejak ia menjalin kerja sama dengan Sentra IKM Pengolahan Jagung Disperindag Simalungun, jagung hasil pemifilan yang yang diproduksi tidak lebih dari 200 kilogram setiap harinya.
“Kalau ada yang mencapai 1 ton per hari, sangat jarang sekali terjadi,” tutur Sanggam, lalu menambahkan, ia membayar jasa pemifilan sebesar Rp 100 per kilogram.
Masih 2 Tahun, Lantai Gedung Banyak yang Retak dan Terkelupas
Pantauan jurnalis, tampak gedung Sentra IKM Pengolahan Jagung di Desa Tanjung Pasir, lantainya banyak yang sudah retak, dan sebagian terkelupas. Padahal usia gedung sejak proyek selesai dikerjakan, masih 2 tahun.
Selain itu, bagian kusen yang terbuat dari kerangka baja ringan, ketebalannya diperkirakan terlalu tipis. Begitu pula dengan kondisi lahan di sekitar, banyak ditumbuhi semak dan rumput. Sehingga cukup banyak ditemukan ternak sapi berada di sekitar gedung.
Kemudian, “jembatan” timbang yang dibangun di sebelah gedung, serta genset JGW 63 KF yang ukurannya cukup besar, disebut, belum pernah digunakan. Begitu pula dengan tabung ipal, juga tidak digunakan. (*)
Discussion about this post